Mengenai Saya

Kamis, 27 Desember 2012

fungsionalisme struktural


Fungsionalisme Struktural

Disusun Oleh :
1. Claudya Novita                 (07101002025)
2. Ekta Naida Hassana         (07101002017)
3. Ferry Angriawan              (071010020
4. Pertiwi Tya Permana        (07101002029)
5. Puspita Sari                       (07101002073)
6. Putri Oktarina                   (07101002077)

Jurusan                      : Sosiologi
Mata kuliah               : Teori Sosiologi Modern
Dosen Pengasuh        : Faisal Nomaini S.Sos, M.SI

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya Inderalaya
Tahun Ajaran 2012-2013

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji kami panjatkan kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat-Nya, saya berhasil menyelasaikan makalah saya tentang Fungsionalisme Struktural.
Makalah yang kami susun ini merupakan kutipan dari beberapa sumber seperti buku-buku pengantar dan surat kabar di internet yang saya rangkum menjadi sebuah bentuk tulisan yang sistematis, semoga pembaca dapat memahami bahwa perlunya kita mengetahui permasalahan di masyarakat khususnya tentang Fungsionalisme Struktural yang dari tahun ketahun menjadi sorotan di berbagai media massa.
Akhir kata kami berharap makalah ini menjadi inspirasi yang baru untuk karya-karya selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan informasi tentang Fungsionalisme Struktural. Mohon maaf bila dalam makalah ini terdapat kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb


                                                                        Inderalaya,    Maret 2012


            Tim Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................    2
Daftar Isi........................................................................................     3
BAB I PENDAHULUAN
            I.1 Latar Belakang..............................................................                4
            I.2 Rumusan Masalah.........................................................               
           
BAB II PEMBAHASAN
            II.1 Teori Stratifikasi Fungsional dan Kritiknya ................    5
            II.2 Teori Fungsionalisme Talcott Parsons..........................    7
            II.3 Fungsionalisme structural Robert Merton ...................    10


BAB III PENUTUP
Kesimpulan...............................................................              12
Daftar Pustaka......................................................................              13







BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Fungsionalisme struktural kini hanya bermakna historis, meski juga berperan penting dalam melahirkan neofungsionalisme pada 1980-an. Setelah menyajikan ikhtisar fungsionalisme structural, akan dibahas neofungsionalisme selaku penggantinya maupun sebagai contoh gerakan menuju analisis sintesis dalam teori sosiologi. Dalam fungsionalisme structural, istilah structural dan fungsional tidak selalu dihubungkan, meski duanya biasa dihubungkan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa memperhatikan fungsinya (atau akibatnya) terhadap struktur lain. Begitu pula, kita dapat meneliti fungsi berbagai proses social yang mungkin tidak mempunyai struktur. Ciri utama pendekatan fungsionalisme structural memperhatikan kedua unsur itu. Meski fungsionalisme structural mempunyai berbagai bentuk (Abrahamson, 1978), fungsionalisme kemasyarakatan adalah pendekatan dominan yang digunakan dikalangan fungsionalis structural sosiologi (Sztompka, 1974). Sasaram perhatian utama fungsionalisme kemasyarakatan adalah struktur social dan institusi masyarakat berskala luas, antarhubungannya dan pengaruhnya terhadap actor.

I.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini maka dapat dirumuskan suatu masalah:
  • Bagaimana teori stratifikasi fungsional menurut davis dan moore
  • Bagaimana funsionalisme strukturak menurut Talcot Parson ?
  • Bagaimana funsionalisme structural menurut Robert K. Merton ?



BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Teori Stratifikasi Fungsional dan Kritiknya
Davis dan Moore menjelaskan bahwa mereka menganggap stratifikasi social sebagai fenomena universal dan penting. Mereka menyatakan bahwa tak ada mayarakat yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Menurut pandangan mereka, stratifikasi adalah keharusan fungsional, semua masyarakat memerlukan system seperti dan keperluan ini menyebabkan adanya system straktifikasi. Mereka juga memandang system stratifikasi sebagai sebuah struktur dan menunjukan bahwa stratifikasi tidak mengacu pada individu didalam system streatifikasi tetapi lebih kepada system posisi (kedudukan). Mereka memusatkan pehatian pada persoalan bagaimana cara posisi tertentu mempengaruhi tingkat perstise yang berbeda dan tidak memusatkan perhatian pada masalah bagaimana cara individu dapat menduduki posisi tertentu. Permasalahan yang di bahas dalam teori davis dan moore merupakan permasalaahn pembagaian eranan di dalam masyarakat . ada tiga masalah yaitu :
·         Bagaimana masyarakat dapat menjamin seseorang dapat menjalankan posisinya dengan sungguh-sungguh ?
·         Bagaimana masyarakat mengatasi adanya beberapa posisi yang lebih menyenangkan untuk di tempati ketimbang posisi lain ?
·         Bagaimana masyarakat mengatasi kecenderugan orang untuk memilih posisi yang tingkat tanggung jawabnya terhadap kepentingan masyarakat lebih rendah dari posisi-posisi lain ?
Ketiga permasalahan ini menurut davis dan moore dapat diatasi oleh masyarakat dengan memberikan jaminan sistem imbalan yang harus di berikan oleh masyarakat. Masyarakat harus memberikan orang –orang yang ada di posisi tersebut gaji yang tinggi kenyamanan yang memadai atau bahkan prestise yang tinggi sehingga individu yang menduduki posisi tersebut akan berkerja dengan sunguh-sungguh atau tekun .  missal untuk menjamin tersedianya dokter yang cukup untuk masyarakat kita , kita perlu menawarkan kepada mereka berbagai imbalan . secara tersirat davis dan moore menyatakan bahwa kita tidak bisa mengharapkan individu akan melakuakn proses pendidikankedokteran yang berat dan mahal itu pabila kita tidak menawarkan  imbalan, jika tidak demikian posisi untuk menjadi dokter tak terisi dan masyarakat akantercerai-berai . posisi tingkat rendah dalam sistem stratifikasi dianggap lebih menyenangkan namun kurang penting dan memerlukan bakat kemampuan yang tak terlalu besar , masyarakat pun tak perlu mengharuskan individu yang menduduki posisi rendah itu melakuakn kewajiban mereka dengan tekun .
Davis dan Moore tidak bermaksud menyatakan bahwa masyarakat secara sadar membangun system stratifikasi untuk menyakinkan bahwa posisi tingkat tinggi akan terisi dengan memadai. Mereka bermaksud menjelaskan bahwa stratifikasi adalah perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar. Perlengkapan ini ada dan harus ada dalam setiap masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Teori davis dan moore ini berhadapan beberapa kritik sejak di publikasikan pada 1945. Beberapa krikit dari teori structural fungsional yang di kritik karena anggapanya bahwa karena structur social yang terstratifikasi itu sudah sejak lama (sejak masalalu ) maka ia memiliki kecenderungan untuk terlalu yakin bahwa stratifikasi social akan selalu ada dalam sistem masyarakat , padahal di masadepan ada kemungkinan bahwa masyarakat akan di tata menurut cara lain tanpa stratifikasi .
Selain itu dikatakan bahwa tidak selamanya posisi-posisi penting didalam masyarakat langka karena factor imbalan  karena ada posis yang di anggap masyarakat penting walaupun imbalanya tak besar. Dan kecenderungan imbalan yang besar idak selalu menjamin pentingnya jabatan atau posisi yag ada .





II.2 Teori Fungsionalisme Talcott Parsons
Parson lahir tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari latar belakang religius dan intelektual. Ayahnyaseorang Pendeta, profesor dan akhirnya menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parsons mendapat gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Di tahun berikutnya ia pindah ke Heidelberg, Jerman.
Parsons mengajar di Harvard pada 1927 dan meski berganti jurusan beberapa kali, ia tetap di Harvard hingga akhir hayatnya tahun 1979. Kemajuan kariernya tak begitu cepat. Ia tak mendapatkan jabatan profesor hingga tahun 1939. dua tahun sebelumnya ia menerbitkan The Structure Social Action, sebuah buku yang tak hanya memperkenalkan pemikiran sosiolog utama seperti Weber kepada sejumlah besar sosiolog, tetapi juga meletakkan landasan bagi teori yang dikembangkan Parsons sendiri.
Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua jurusan sosiologi di Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan Departemen Hubungan Sosial yang tak hanya memasukkan sosiolog,  tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun 1949, ia terpilih menjadi Presiden The American Sociological Association. Tahun 1950-an dan menjelang tahun 1960-an, dengan diterbitkan buku seperti The Social System (1951) Parsons menjadi tokoh dominan dalam sosiologi Amerika. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.  Teori Fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Dalam he struktur of social action parsons menegaskan tentang adanya peranan dari norma-norma dan nilai-nilai social dalam menentukan prilaku individu. Kondidi-kondisi bjektif yang di satukan dengan komitmen bersama akan membentuk suatu tindakan social tertentu , missal adanya masyarakat dengan ekonomi agraris bukan berarti masyarakat tersebut memilih menjadi masyarakat agraris, melainkan kondidsi daerah dan nilai-nilai budaya yang di sepakati di dalam daerah tersebut yang menjadikan mereka sebagai masyarakat agraris .
Bahasan tentang fungsionalisme structural Parsons ini dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua system tindakan, terkenal dengan skema AGIL.  Sesudah membahas empat fungsi ini kita akan beralih menganalisis pemikiran Parsons mengenai struktur dan system. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi ini dikenal sebagai system AGIL. Agar tetap bertahan suatu system harus memiliki empat fungsi ini:
1.      Adaptation (adaptasi) sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. System ini harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2.      Goal attainment (pencapaian tujuan) sebuah system harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3.      Integration (integrasi) sebuah system harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. System juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya.
4.      Latency (latensi atau pemeliharaan pola) sebuah system harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Parson mendesain skema agil ini untuk di gunakan di semua tingkat dalam sistem toritisnya

Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh para sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma. Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma. Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas.
Karya Parson dengan alat konseptual seperti empat sistem tindakan mengarah pada tuduhan tentang teori strukturalnya yang tidak dapat menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun 1960, studi tentang evolusi sosial menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan perubahan sosial dalam bangunan teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini adalah visi metafisis yang besar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia



II.3 Fungsionalisme structural Robert Merton
Model structural fungsional . merton menjelaskan bahwa analisis structural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur , setiap objek yang dapat di jadikan sasaran analisis structural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar . merton mengkrtitik tiga ponsulat dasar analisis structural , pertama ponsulat tentang kesatuan fungsional masyarakat ,, posulat ini berpendirian bahwa semua keyakinan dan praktik cultural dan social yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakt sebagai satu kesatuan amaupun untuk individu atau masyarakat . pandangan ini menyatakan bahwa berbagai sistem social pasti menunjukkan integrasi tingkat tingi , tetapi merton berpendapat bahwa , meski hal ini mungkin benar  bagi masyarakat primitive yang kecil , namun generalisasi tak dapat di perluas ketingkat ke masyarakat yang lebih luas dan lebih  kompleks . ponsulat kedua adalah fungsionalisme universal, artinya dinyatakan bahwa seluruh bentk kultur dan social dan struktur yang sudah baku mempunyai fungsi positif , merton menyatakan bahwa ponsulat ini bertentangan dengan apa yang di kemukakannya dalam kehidupan nyata, yang jelas ada beberapa struktur,adat , gagasan kepercayaan dan sebagainya yang mempunyai fungsi positif . ketiga adalah ponsulat tentang indispensability , argumenya adlah semua aspek masyarakat yang sudah baku tak hanya mempunyaifungsi positif tetapi juga mencerminkan bagian-bagian yang sangat di perlukan untuk berfungsinya masyarakat sebagai satu kesatuan. Kritik merton bahwa sekurang-kurangnya tentu ingin mengakui akan adanya berbagai alternative struktur dan fungsional yang dapat di temukan di dalam masyarakat. Merton berpendapat bahwa kketiga ponsulat tersebut bersandar pada pernyataan nonempiris berdasarkan sistem teoritis abstrak, dan menjadi tanggung jawab sosiologi untuk mnguji setiap ponsulat itu secara teoritis
Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan selalu ada. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Fungsionalisme stutural  digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dilihat dari tujuan hidup, kegiatan manusia merupakan  fungsi dan mempunyai fungsi. Secara kualitatif fungsi dilihat dari segi  kegunaan dan manfaat seseorang, kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori ini (fungsional–structural) menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut, teori inipun kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para penganutnya






















DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar