KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini dengan judul penididkan
Multikultural dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sisiologi fakultas ilmu
sosial dan politik.
Penyusunan makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui masalah yang terjadi penididkan Multikultural mengetahui tentang penididkan Multikultural. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan yang berguna untuk perbaikan dari laporan tersebut.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ............................................................................... 3
B.
Masalah......................................................................................... 4
C.
Tujuan...........................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
Pembahasan
a. Bentuk
pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia…7
b. fungsi pendidikan multicultural di Indonesia ………………….11
BAB
V PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………...13
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia ini
merupakan salah satu Negara multicultural yang terbesar di dunia . Perbedaan
suku , ras, bahasa, merpakan sebuah perbedaan yang lazim ada dalam suatu
masyarakat , di Indonesia bermacam-macam suku , bahasa, dan ras yang di miliki
peleh masyarakt Indonesia yang menunjukan cirri khas yang di miliki bangsa
Indonesia yang tetap saling menghormati
satu sama lain , walaupun terkadang perbedaan itu menyebabkan sebuah
permasalahan di masyarakat sekitar .
pemasalah-permasalahan yang sering terjadi di masyarakat multicultural
yang di sebabkab baik oleh masalah social, masalah ekonomi, maslah budaya,
maupun masalah pendidikan yang ada. Di
Indonesia diharapkan penididkan dapat embantu dan dapat menanamkan nilai-nilai
multicultural dari mulai rasa saling menghormati antar suku lain dan saling
membantu , serta memberikan penjelasan terhadap keberagaman yang ada si
Indonesia ini, menurut Clifford Geertz : Indonesia merupakan negeri tempat
semua arus cultural yang pernah di lewati oleh cina, india , timur tengah dan
eropa yang terwakili di tempat-tempat tertentu di Indonesia , seperti di bali
terdapat komunitas agama hindu , permukiman china terdapat di Jakarta ,
semarang dan Surabaya , pusat-pusat muslim di aceh, makasar, atau daratan
tinggi padang dan di daerah-daerah minahasa dan ambon yang calvinis atau
daerah-daerah flores yang khatolik . Gerrtz juga menunjukkan fakta tentang
situasi masyarakat Indonesia yang memiliki rentang struktur social yang lebar .
Perbedaan-perbedaan
suku bangsa , bahasa, agama dan adat istiadat sering sekali di sebut sebagai
ciriciri masyarakat multicultural . di Indonesia memiliki berbagai macam
bahasa, agama dan suku bangsa walaupun
demikian warga Negara Indonesia tetap rukun dalam menjalani kehidupan
seharihari walaupun berbeda-beda . memang banyak permasalahan yang dihadapi
warga Indonesia tetapi mereka tetap saling membantu , sebuah perpecahan memang
selalu ada pada masyarakat multicultural . menurut J.S Furnivall (1997) berpendapat bahwa
masyarakat multicultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau
dua lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa pembaharuan sau sama lain di
dalam satu kesatuan politik. Masyarakat
multicultural memiliki karakteristik
yanag di kemukakan oleh Van Den Berghe :
- Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain
- Memiliki struktur social yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
- Relative sering terjadi konflik diantara kelompok yang ada
- Secara relative integrasi social tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di bidang ekonomi
- Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelomppok lainnya
Faaktor-faktor
penyebab timbulnya masyarakat
multicultural
v Keadaan
Geografis
Keadaan geografis wilayah Indonesia yang terdiri
dari lebih dari 17 ribu pulau dan tersebar di suatu daerah yang equatornya
sepanjang kurang lebih 3000 ml dari timur ke barat dan lebih dari 1000 ml dari
utara ke selatan , dan ini merupakan factor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap terciptanya multicultural suku bangsa Indonesia .
Pendatang pertama di kepulauan Indonesia adalah ras
australoid di kepulauan Indonesia sekitar 20.000 tahun yang lalu , dan kemudia
menyusul ras Melanesian Negroid pada sekitar 10.000 tahun yang lalu, kehadiran
ras-ras itu pada masa messiolitikum .
v Pengaruh
kebudayaan asing
Letak indonisa yang sangat strategis antara samudra
hindia dan pasifik sangat mempengaruhi proses multicultural seperti adanya
unsure-unsur kebudayaan dan agama . kepulauan Indonesia merupakan jalur lalu
lntas perdagangan antara cina , india dan wilayah asia tenggara , daerah
penyebaran budaya dan agama yang tidak merata menyebabkan terjadinya proses
multicultural yang ada di masyarakat Indonesia , ppengaruh agama dan kebudayaan
hindu-budha pada awal tarikh masehi hanya berkembang di wilayah Indonesia barat
, pengaruh kebudayaan china terutama hanya terjadi di daerah daerah pantai dan
kota-kota dagang . pengaruh ajaran islam berkembang pada abad ke-13 , terutama
di Indonesia barat dan sebagian dari Maluku.
v Kondisi
iklim yang berbeda
Wilayah lingkungan hidup suku-suku bangsa juga
memperlihatkan variasi yang berbeda-beda , ada komunitas yang mengandal kan
pencarian hidupnya pada laut, seperti orang-orang pada kepulauan riau , dan
terdapat juga komunitas-komunitas orang-orang pedalaman antara lain orangorang Gayo alas di Aceh . perbedaah curah hujan dan kesburan tanah
merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda
di lindonesia
1.2 Masalah
Dari penjelasan di atas
masalah yang terdapat yaitu :
a. Bentuk
pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
b. fungsi pendidikan multicultural di Indonesia
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan
dan menganalisa bentuk pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
b. Mengetahui
fungsi pendidikan multicultural di Indonesia
BAB
III
PEMBAHASAN
Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna
meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui
pendidikan berbasis multikultural, sikap dan pemikiran para siswa-siswi akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai
keberagaman yang ada di Indonesia . Dengan pengembangan model pendidikan
berbasis multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif
meredam konflik. Selain itu, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus
mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman
etnis, agama, ras, dan antargolongan
Dijelaskan, sekolah yang baik adalah sekolah yang belajar.
Sekolah bukan saja tempat bagi siswa untuk belajar melainkan sekolah justru
ikut berkembang, karena sekolah juga belajar. Sekolah adalah bagian dari
masyarakat. Karena itu, sekolah perlu mengembangkan diri dan belajar tiada
berkesudahan. Serta anak-anak bangsa dapat mengerti dan menganalisa Perkembangan masyarakat yang dinamis serta
masalah-masalah sosial yang dewasa ini terus berkembang membutuhkan perhatian
dan kepekaan dari seluruh elemen bangsa tidak hanya dari para pakar dan
pemerhati masalah sosial namun juga dunia pendidikan yang punya peran sangat
strategis sebagai wahana dan “agent of change” bagi masyarakat. Kondisi
masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta
status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan
dinamika dalam masyarakat. Untuk itu dipandang sangat penting memberikan porsi pendidikan
multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia baik melalui substansi
maupun model pembelajaran. Hal ini dipandang penting untuk memberikan
pembekalan dan membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian serta
melatih kepekaan peserta didik dalam menghadapi gejala-gejala dan
masalah-masalah sosial sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya.
Perubahan kemasyarakatan yang mendasar seperti integrasi
sekolah-sekolah negeri dan peningkatan populasi imigran telah memberikan dampak
yang besar atas lembaga-lembaga pendidikan. Pada saat para pendidik berjuang
untuk menjelaskan tingkat kegagalan dan putus sekolah murid-murid dari etnis
marginal, beberapa orang berpendapat bahwa murid-murid tersebut tidak memiliki
pengetahuan budaya yang memadai untuk mencapai keberhasilan akademik , serta murid-murid yang mengalami kegagalan
biasanya tidak memahami akan konteks multicultural karena ia hanya mengikuti
apa yang di ajarkan padanya dari lingkungan tempat ia berada , dan pemikiran
yhang ia miliki hanya terbatas sehingga ia tidak menghormati dan sering
menyebabkan konflik di masyarakat sekitar
Perkembangan
masyarakat yang sangat dinamis serta masalah-masalah sosial yang dewasa ini
terus berkembang membutuhkan perhatian dan kepekaan dari seluruh elemen bangsa
tidak hanya dari para pakar dan pemerhati masalah sosial namun juga dunia
pendidikan yang punya peran sangat strategis sebagai wahana dan “agent of
change” bagi masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik
dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar
biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Untuk itu dipandang
sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem
pendidikan di Indonesia baik melalui substansi maupun model pembelajaran. Hal
ini dipandang penting untuk memberikan pembekalan dan membantu perkembangan
wawasan pemikiran dan kepribadian serta melatih kepekaan peserta didik dalam
menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial sosial yang terjadi pada
lingkungan masyarakatnya.
A. Bentuk
pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis,
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukan bangsa. Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama
dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek,
apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Lebih
jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat belajar untuk melawan
atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toleranan (l’intorelable)
seperti inkuisisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi),
perang agama, diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur monolitik dan
uniformitas global.
Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah
konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes
politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana
pendidikan multikultural pada awalnya sangat bias Amerika karena punya akar
sejarah dengan gerakan hak asasi manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang
tertindas di negeri tersebut. Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan
multikultural yang merujuk pada gerakan sosial Orang Amerika keturunan Afrika
dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskrinunasi di
lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di antara
lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras
pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an,
suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam
menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh
para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan
kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum inilah yang dianggap
sebagai awal mula dari konseptualisasi pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat
dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa
yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu
tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua
siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik
serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga
dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang
berjalan untuk kebaikan bersama.
Dalam implementasinya, paradigma pendidikan multikultural
dituntut untuk berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:
- Pendidikan multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang.
- Pendidikan multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran tunggal terhadap kebenaran sejarah.
- Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda.
- Pendidikan multikultural harus mendukung prinsip-prinisip pokok dalam memberantas pandangan klise tentang ras, budaya dan agama.
Pendidikan multikultural mencerminkan keseimbangan antara
pemahaman persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk
mempertahankan dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka sendiri.
Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan
pendidikan multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan
yang menghambat toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis
dan jenis kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya,
di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Selain itu, juga
memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari-hari besar umat beragama
serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan
keputusan secara demokratis.
Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus
dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat
diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada tentu saja melalui bahan ajar
atau model pembelajaran yang paling memungkinkan diterapkannya pendidikan
multikultural ini.
- pendidikan formal pendidikan
1)
Pendidikan
Usia Dini
Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum
pendidikan misalnya dalam Out Bond Program
2)
SD, SLTP ,SMU
SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan multikultural
ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti PPKn, Agama, Sosiologi dan
Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti melalui
kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya.
Anak SD dengan metode bermain,
menonton VCD dan diskusi dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum,
percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Event sangat efektif untuk membentuk kerja sama siswa, mengekspresikan perasaan siswa, dan siswa dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan multikultural ini dapat diterapkan oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari.
Event sangat efektif untuk membentuk kerja sama siswa, mengekspresikan perasaan siswa, dan siswa dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan multikultural ini dapat diterapkan oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari.
3)
Perguruan
Tinggi.
Di Perguruan Tinggi misalnya, dari
segi substansi, pendidikan multikultural ini dapat dinitegrasikan dalam
kurikulum yang berperspektif multikultural, misalnya melalui mata kuliah umum
seperti Kewarganegaraan, ISBD, Agama dan Bahasa.
,
- Pendidikan non formal
wacana ini dapat
disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model pembelajaran yang responsive
multikultural dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan baik ras
suku, maupun agama antar anggota masyarakat.
Nilai-nilai multikulrutal yang
dikembangkan dalam pendidikan
antara lain
1) Menghargai Perbedaan;
2) Kebersamaan;
3) Tenggang Rasa;
4) Toleransi;
5) Kasih Sayang;
6) Tolong menolong;
7) Rela Berkorban;
8) Empati.
Tak
kalah penting wacana pendidikan multikultural ini dapat diimplementasikan dalam
lingkup keluarga. Di mana keluarga sebagai institusi sosial terkecil dalam
masyarakat, merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam proses
internalisasi dan transformasi nilai, serta sosialisasi terhadap anggota
keluarga. Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsive
multikultural dengan mengedepankan penghormatan dan pengakuan terhadap
perbedaan yang ada di sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap
anak atau anggota keluarga yang lain merupakan cara yang paling efektif dan
elegan untuk mendukung terciptanya sistem sosial yang lebih berkeadilan.
B. fungsi pendidikan multicultural di Indonesia
Pendidikan
multikulturalisme bertujuan untuk sebuah pendidikan yang bersifat anti rasis;
yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi warga
dunia; yang penting bagi semua murid; yang menembus seluruh aspek sistem
pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan
murid bekerja bagi keadilan sosial; yang merupakan proses dimana pengajar dan
murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan
akademik; dan menerapkan ilmu pendidikan yang kritis yang memberi perhatian
pada bangun pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan
ketrampilan dalam membuat keputusan dan tindakan sosial.
Wacana
multikulturalisme untuk konteks di Indonesia menemukan momentumnya ketika
sistem nasional yang otoriter-militeristik tumbang seiring dengan jatuhnya
rezim Soeharto. Saat itu, keadaan negara menjadi kacau balau dengan berbagai
konflik antarsuku bangsa dan antar golongan, yang menimbulkan keterkejutan dan
kengerian para anggota masyarakat. Kondisi yang demikian membuat berbagai pihak
semakin mempertanyakan kembali sistem nasional seperti apa yang cocok bagi
Indonesia yang sedang berubah, serta sistem apa yang bisa membuat masyarakat
Indonesia bisa hidup damai dengan meminimalisir potensi konflik.
Multikulturalisme akan menjadi
pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan
kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan
itu dapat terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem
nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan
sosial. paradigma pendidikan multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun
kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama,
budaya dan kebutuhan di antara kita. Paparan di atas juga memberi dorongan dan
spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada
peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain.
Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan
membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku,
budaya dan nilai kepribadian. Lewat penanaman semangat multikulturalisme di
sekolah-sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penyadaran bagi generasi
muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara
sesama dan mau hidup bersama secara dama
.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendidikan multicultural di harapkan dapat menjadi pola
Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat baru untuk memahami dan
mengerti keadaan sekitar serta dapat mengahargai sebuah perbedaan , sehinnga terjadilah revolusi ke masa yang akan
mendatang dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme
intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat
untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan
kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang
modern dan dapat mengurangi konflik yang sering terjadi
sebuah
pendidikan yang bersifat anti rasis; yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan
dan pengetahuan dasar bagi warga dunia; yang penting bagi semua murid; yang
menembus seluruh aspek sistem pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial; yang
merupakan proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya
variabel budaya bagi keberhasilan akademik; dan menerapkan ilmu pendidikan yang
kritis yang memberi perhatian pada bangun pengetahuan sosial dan membantu murid
untuk mengembangkan ketrampilan dalam membuat keputusan dan tindakan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
http://lukmanairfan.wordpress.com/2010/05/14/219/
Zubaidi
(2005), Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar.
http://hadi-prayitno.blogspot.com/2010/07/pendidikan-multikultural.html
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--rinahanipa-4124