Mengenai Saya

Rabu, 16 November 2011

makalah pendidikan multikultural

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji  dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini  dengan judul penididkan Multikultural dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sisiologi fakultas ilmu sosial dan politik.
Penyusunan makalah  ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui masalah yang terjadi penididkan Multikultural mengetahui tentang penididkan Multikultural. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan yang berguna untuk perbaikan dari laporan tersebut.

Semoga makalah  ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum wr.wb






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ................................................................................................   1
DAFTAR ISI ............................................................................................................   2
BAB I.  PENDAHULUAN
A.      Latar belakang ...............................................................................    3
B.      Masalah.........................................................................................    4
C.      Tujuan...........................................................................................   

BAB II PEMBAHASAN
Pembahasan             
a.       Bentuk pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia…7
b.      fungsi  pendidikan multicultural di Indonesia ………………….11

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………14



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia ini merupakan salah satu Negara multicultural yang terbesar di dunia . Perbedaan suku , ras, bahasa, merpakan sebuah perbedaan yang lazim ada dalam suatu masyarakat , di Indonesia bermacam-macam suku , bahasa, dan ras yang di miliki peleh masyarakt Indonesia yang menunjukan cirri khas yang di miliki bangsa Indonesia  yang tetap saling menghormati satu sama lain , walaupun terkadang perbedaan itu menyebabkan sebuah permasalahan di masyarakat sekitar .  pemasalah-permasalahan yang sering terjadi di masyarakat multicultural yang di sebabkab baik oleh masalah social, masalah ekonomi, maslah budaya, maupun masalah pendidikan yang ada.  Di Indonesia diharapkan penididkan dapat embantu dan dapat menanamkan nilai-nilai multicultural dari mulai rasa saling menghormati antar suku lain dan saling membantu , serta memberikan penjelasan terhadap keberagaman yang ada si Indonesia ini, menurut Clifford Geertz : Indonesia merupakan negeri tempat semua arus cultural yang pernah di lewati oleh cina, india , timur tengah dan eropa yang terwakili di tempat-tempat tertentu di Indonesia , seperti di bali terdapat komunitas agama hindu , permukiman china terdapat di Jakarta , semarang dan Surabaya , pusat-pusat muslim di aceh, makasar, atau daratan tinggi padang dan di daerah-daerah minahasa dan ambon yang calvinis atau daerah-daerah flores yang khatolik . Gerrtz juga menunjukkan fakta tentang situasi masyarakat Indonesia yang memiliki rentang struktur social yang lebar .
Perbedaan-perbedaan suku bangsa , bahasa, agama dan adat istiadat sering sekali di sebut sebagai ciriciri masyarakat multicultural . di Indonesia memiliki berbagai macam bahasa, agama dan  suku bangsa walaupun demikian warga Negara Indonesia tetap rukun dalam menjalani kehidupan seharihari walaupun berbeda-beda . memang banyak permasalahan yang dihadapi warga Indonesia tetapi mereka tetap saling membantu , sebuah perpecahan memang selalu ada pada masyarakat multicultural . menurut  J.S Furnivall (1997) berpendapat bahwa masyarakat multicultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau dua lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa pembaharuan sau sama lain di dalam satu kesatuan politik.  Masyarakat multicultural memiliki karakteristik  yanag di kemukakan oleh Van Den Berghe :
  • Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain
  • Memiliki struktur social yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
  • Relative sering terjadi konflik diantara kelompok yang ada
  • Secara relative integrasi social tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di bidang ekonomi
  • Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelomppok lainnya
Faaktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat  multicultural
v  Keadaan Geografis
Keadaan geografis wilayah Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau dan tersebar di suatu daerah yang equatornya sepanjang kurang lebih 3000 ml dari timur ke barat dan lebih dari 1000 ml dari utara ke selatan , dan ini merupakan factor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya multicultural suku bangsa Indonesia .
Pendatang pertama di kepulauan Indonesia adalah ras australoid di kepulauan Indonesia sekitar 20.000 tahun yang lalu , dan kemudia menyusul ras Melanesian Negroid pada sekitar 10.000 tahun yang lalu, kehadiran ras-ras itu pada masa messiolitikum .
v  Pengaruh kebudayaan asing
Letak indonisa yang sangat strategis antara samudra hindia dan pasifik sangat mempengaruhi proses multicultural seperti adanya unsure-unsur kebudayaan dan agama . kepulauan Indonesia merupakan jalur lalu lntas perdagangan antara cina , india dan wilayah asia tenggara , daerah penyebaran budaya dan agama yang tidak merata menyebabkan terjadinya proses multicultural yang ada di masyarakat Indonesia , ppengaruh agama dan kebudayaan hindu-budha pada awal tarikh masehi hanya berkembang di wilayah Indonesia barat , pengaruh kebudayaan china terutama hanya terjadi di daerah daerah pantai dan kota-kota dagang . pengaruh ajaran islam berkembang pada abad ke-13 , terutama di Indonesia barat dan sebagian dari Maluku.
v  Kondisi iklim yang berbeda
Wilayah lingkungan hidup suku-suku bangsa juga memperlihatkan variasi yang berbeda-beda , ada komunitas yang mengandal kan pencarian hidupnya pada laut, seperti orang-orang pada kepulauan riau , dan terdapat juga komunitas-komunitas orang-orang pedalaman  antara lain orangorang Gayo alas di Aceh  . perbedaah curah hujan dan kesburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda di lindonesia
1.2  Masalah

Dari penjelasan di atas masalah yang terdapat yaitu :
a.       Bentuk pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
b.      fungsi  pendidikan multicultural di Indonesia


1.3  Tujuan

a.       Menjelaskan dan menganalisa bentuk pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
b.      Mengetahui fungsi pendidikan multicultural di Indonesia





BAB III
PEMBAHASAN
Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan pemikiran para siswa-siswi  akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman yang ada di Indonesia . Dengan pengembangan model pendidikan berbasis multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif meredam konflik. Selain itu, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan
Dijelaskan, sekolah yang baik adalah sekolah yang belajar. Sekolah bukan saja tempat bagi siswa untuk belajar melainkan sekolah justru ikut berkembang, karena sekolah juga belajar. Sekolah adalah bagian dari masyarakat. Karena itu, sekolah perlu mengembangkan diri dan belajar tiada berkesudahan. Serta anak-anak bangsa dapat mengerti dan menganalisa Perkembangan masyarakat yang dinamis serta masalah-masalah sosial yang dewasa ini terus berkembang membutuhkan perhatian dan kepekaan dari seluruh elemen bangsa tidak hanya dari para pakar dan pemerhati masalah sosial namun juga dunia pendidikan yang punya peran sangat strategis sebagai wahana dan “agent of change” bagi masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Untuk itu dipandang sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia baik melalui substansi maupun model pembelajaran. Hal ini dipandang penting untuk memberikan pembekalan dan membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian serta melatih kepekaan peserta didik dalam menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya.
Perubahan kemasyarakatan yang mendasar seperti integrasi sekolah-sekolah negeri dan peningkatan populasi imigran telah memberikan dampak yang besar atas lembaga-lembaga pendidikan. Pada saat para pendidik berjuang untuk menjelaskan tingkat kegagalan dan putus sekolah murid-murid dari etnis marginal, beberapa orang berpendapat bahwa murid-murid tersebut tidak memiliki pengetahuan budaya yang memadai untuk mencapai keberhasilan akademik ,  serta murid-murid yang mengalami kegagalan biasanya tidak memahami akan konteks multicultural karena ia hanya mengikuti apa yang di ajarkan padanya dari lingkungan tempat ia berada , dan pemikiran yhang ia miliki hanya terbatas sehingga ia tidak menghormati dan sering menyebabkan konflik di masyarakat sekitar
Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis serta masalah-masalah sosial yang dewasa ini terus berkembang membutuhkan perhatian dan kepekaan dari seluruh elemen bangsa tidak hanya dari para pakar dan pemerhati masalah sosial namun juga dunia pendidikan yang punya peran sangat strategis sebagai wahana dan “agent of change” bagi masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Untuk itu dipandang sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia baik melalui substansi maupun model pembelajaran. Hal ini dipandang penting untuk memberikan pembekalan dan membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian serta melatih kepekaan peserta didik dalam menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya.
A.    Bentuk pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia
Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Lebih jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat belajar untuk melawan atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toleranan (l’intorelable) seperti inkuisisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi), perang agama, diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur monolitik dan uniformitas global.
Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan multikultural pada awalnya sangat bias Amerika karena punya akar sejarah dengan gerakan hak asasi manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri tersebut. Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial Orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskrinunasi di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.
Dalam implementasinya, paradigma pendidikan multikultural dituntut untuk berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:
  • Pendidikan multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang.
  • Pendidikan multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran tunggal terhadap kebenaran sejarah.
  • Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda.
  • Pendidikan multikultural harus mendukung prinsip-prinisip pokok dalam memberantas pandangan klise tentang ras, budaya dan agama.
Pendidikan multikultural mencerminkan keseimbangan antara pemahaman persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk mempertahankan dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka sendiri.
Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Selain itu, juga memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari-hari besar umat beragama serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis.
Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini.
  1. pendidikan formal pendidikan
1)      Pendidikan Usia Dini
 Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan misalnya dalam Out Bond Program
2)       SD, SLTP ,SMU
SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti PPKn, Agama, Sosiologi dan Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya.
Anak SD dengan metode bermain, menonton VCD dan diskusi dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Event sangat efektif untuk membentuk kerja sama siswa, mengekspresikan perasaan siswa, dan siswa dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan multikultural ini dapat diterapkan oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari.
3)      Perguruan Tinggi.
Di Perguruan Tinggi misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural ini dapat dinitegrasikan dalam kurikulum yang berperspektif multikultural, misalnya melalui mata kuliah umum seperti Kewarganegaraan, ISBD, Agama dan Bahasa.
,
  1. Pendidikan non formal
 wacana ini dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model pembelajaran yang responsive multikultural dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota masyarakat.
Nilai-nilai multikulrutal yang dikembangkan dalam pendidikan antara lain
1) Menghargai Perbedaan;
2) Kebersamaan;
3) Tenggang Rasa;
4) Toleransi;
5) Kasih Sayang;
6) Tolong menolong;
7) Rela Berkorban;
8) Empati.

Nilai-nilai multikultural tersebut bersifat fleksibel, tidak kaku.
Tak kalah penting wacana pendidikan multikultural ini dapat diimplementasikan dalam lingkup keluarga. Di mana keluarga sebagai institusi sosial terkecil dalam masyarakat, merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam proses internalisasi dan transformasi nilai, serta sosialisasi terhadap anggota keluarga. Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsive multikultural dengan mengedepankan penghormatan dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada di sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap anak atau anggota keluarga yang lain merupakan cara yang paling efektif dan elegan untuk mendukung terciptanya sistem sosial yang lebih berkeadilan.


B.     fungsi  pendidikan multicultural di Indonesia
Pendidikan multikulturalisme bertujuan untuk sebuah pendidikan yang bersifat anti rasis; yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi warga dunia; yang penting bagi semua murid; yang menembus seluruh aspek sistem pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial; yang merupakan proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik; dan menerapkan ilmu pendidikan yang kritis yang memberi perhatian pada bangun pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan dalam membuat keputusan dan tindakan sosial.
Wacana multikulturalisme untuk konteks di Indonesia menemukan momentumnya ketika sistem nasional yang otoriter-militeristik tumbang seiring dengan jatuhnya rezim Soeharto. Saat itu, keadaan negara menjadi kacau balau dengan berbagai konflik antarsuku bangsa dan antar golongan, yang menimbulkan keterkejutan dan kengerian para anggota masyarakat. Kondisi yang demikian membuat berbagai pihak semakin mempertanyakan kembali sistem nasional seperti apa yang cocok bagi Indonesia yang sedang berubah, serta sistem apa yang bisa membuat masyarakat Indonesia bisa hidup damai dengan meminimalisir potensi konflik.
Multikulturalisme akan menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial. paradigma pendidikan multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan di antara kita. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara dama







.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan multicultural di harapkan dapat menjadi pola Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat baru untuk memahami dan mengerti keadaan sekitar serta dapat mengahargai sebuah perbedaan  , sehinnga terjadilah revolusi ke masa yang akan mendatang dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern dan dapat mengurangi konflik yang sering terjadi
sebuah pendidikan yang bersifat anti rasis; yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi warga dunia; yang penting bagi semua murid; yang menembus seluruh aspek sistem pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial; yang merupakan proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik; dan menerapkan ilmu pendidikan yang kritis yang memberi perhatian pada bangun pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan dalam membuat keputusan dan tindakan sosial.






DAFTAR PUSTAKA
http://lukmanairfan.wordpress.com/2010/05/14/219/
Zubaidi (2005), Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar.
http://hadi-prayitno.blogspot.com/2010/07/pendidikan-multikultural.html
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--rinahanipa-4124

kapabilitas

Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.